日本のことばと文化 初級1 A2 MARUGOTO Plus

Cara menambahkan cara baca huruf kanji (furigana)
00:00 / 00:00

この人This Person

Spesialis Origata Bapak Nobuhiro Yamaguchi

Mencurahkan Perasaan ke dalam Bentuk

Origata. Sebuah etika yang secara turun temurun ada sejak jaman dahulu di Jepang, digunakan pada saat mengirim bingkisan. Menyampaikan maksud dan perasaan dengan mengubah cara membungkusnya disesuaikan dengan tempat, lokasi dan hubungan dengan orang yang akan dikirimi barang. Melalui origata tersebut, ada orang yang terus memikirkan makna membungkus bingkisan dan arti bingkisan itu sendiri.

Minami Aoyama berada di Kecamatan Minato Kota Tokyo. Dari jalan yang berjejer butik bermerek, bangunan mewah dan bergaya, sedikit masuk menurun ke bawah, berdiri sebuah bangunan berlantai 3 yang jauh dari keramaian. Di tempat tersebut diadakan workshop origata secara reguler. Begitu masuk ke dalam ruangan, tampak di atas tatami (lantar bertikar khas Jepang) duduk ala seiza (duduk di atas telapak kaki) di depan meja laki-laki dan perempuan sebanyak 10 orang. Di atas meja tengah, terletak kertas Jepang, mizuhiki (tali pengikat bungkusan) dan kotak serta tabung.

"Hari ini, mari kita mencoba `berpura-pura` akan memberikan bingkisan kepada orang lain" Bapak Nobuhiro Yamaguchi, seorang Presiden dari Institut desain origata, yang juga seorang guru dari origata ini, mulai berbicara dengan suara yang kalem kepada para peserta. Dipilih 2 orang untuk berperan menjadi pemberi dan penerima bingkisan. Kondisinya begitu nyata, dimana pengirim yang seorang murid shodo (kaligrafi Jepang) akan memberikan bingkisan sebagai hadiah kepada gurunya dalam rangka merayakan penghargaan yang telah diterima oleh guru tersebut. Barang yang akan diberikan adalah teh, ingin menyampaikan perasaan hormat tetapi tidak terlalu formal, dsb. Lalu Pak Yamaguchi menjelaskan "Ketika membungkus bingkisan, kita harus mempertimbangkan kepada siapa, dalam situasi bagaimana, isi bingkisannya berupa apa dan dengan perasaan serta maksud yang bagaimana bingkisan tersebut diberikan"

Yang dinamakan dengan "origata" adalah sebuah etika tradisional Jepang yaitu teknik membungkus bingkisan dengan kertas Jepang. Origata menunjukkan tampilan luar yang sederhana, dengan warna dasar bingkisan yang berwarna putih, lalu untuk mengekspresikan berbagai arti dari bingkisan tersebut digunakan cara pelipatan kertas Jepang dan cara pengikatan dengan mizuhiki (lintingan yang terbuat dari kertas) yang sesuai. Dari sini tampak bahwa origata , merupakan desain yang berlawanan dengan bingkisan yang pada umumnya dibuat mewah. Lalu, si pemberi bingkisan akan memilih kualitas kertas yang akan digunakan, jumlah lipatan, teknik lipatan dan lain-lain yang disesuaikan dengan hubungan si pemberi dengan penerima, situasi, serta isi bingkisannya.

Desain yang mengekspresikan "arti"

Bapak Yamaguchi yang juga seorang graphic designer, tanpa sengaja menemukan sebuah buku jaman Edo berisi tentang origata ini, lalu meneliti tentang origata sampai sekarang.

Sebelumnya, Bapak Yamaguchi menggeluti desain Eropa modern yang mana pada saat yang sama ia merasa bahwa ia tidak menghiraukan budaya sendiri, dan itu merupakan hal yang aneh. Di saat terjadi pertentangan batin di dalam dirinya itulah, ia mulai mengenal origata.

"Begitu saya mulai meneliti origata ini, banyak hal yang ternyata tidak saya ketahui, itulah yang membuat origata ini begitu menarik saya untuk tak bisa berhenti belajar dan belajar. Misalnya, ada sebuah origata yang dinamakan "noshiawabi tsutsumi". Sebuah desain bingkisan dimana pada bungkus bagian mukanya disertai sebuah "noshiawabi" yaitu kertas lipatan yang membentuk seperti kerang laut awabi sebagai simbol bahan makanan dari laut yang diberikan pada saat perayaan seremonial. Saya yang menggeluti graphic design yang modern dan geometris merasa ilmu tentang origata menjadi begitu menyegarkan saya.", ujar Bapak Yamaguchi menjelaskan. Dengan memastikan bahwa makna dalam suatu desain terkait dengan kehidupan dan budaya orang Jepang, membuat ia merasa "desain asli bukan pinjaman"

"Ketika saya pergi ke luar negeri, saya melihat banyak tempat bersejarah. Tetapi, sebenarnya saya tidak tahu tentang budaya sendiri. Saya sudah mendengar dan melihat dengan mata dan kepala saya sendiri budaya yang ada jauh di luar negeri, tetapi saya tidak tahu sama sekali budaya yang ada di sekeliling saya dalam kehidupan sehari-hari yang ternyata memiliki makna begitu dalam. Ya, kira-kira seperti itulah perasaan saya.", ujar Bapak Yamaguchi yang menggali ingatannya dengan ekspresi wajah yang sedikit menjadi kalem.

Kerendahan hati dan sensitivitas

Tindakan kita dalam mengirim barang kepada orang lain, merupakan tindakan yang ada di budaya negara manapun di seluruh dunia dan budaya mengirim bingkisan dengan membungkusnya pun bukan merupakan hal yang aneh. Bapak Yamaguchi menjadi sangat tertarik untuk mendalami rasa penasarannya terhadap budaya "membungkus" lewat origata, dan selalu memikirkan makna dari membungkus itu sendiri.

"Misalnya, ketika Anda menginap di sebuah penginapan lalu Anda merasa nyaman dengan pelayanan stafnya. Dan Anda ingin menyampaikan perasaan terima kasih kepada staf penginapan yang telah melayani Anda. Pada saat tersebut, Anda akan memberikan uangnya begitu saja tanpa membungkusnya yang hanya menunjukkan hasil kerja kerasnya saja. Tetapi, apabila Anda membungkus uang tersebut dengan kertas lalu menyerahkannya, saya rasa akan terkandung makna terima kasih karena telah melayani dengan baik lewat bingkisan tersebut.

Menurut Bapak Yamaguchi, keistimewaan dari origata adalah "kerendahan hati" dan "sensitivitas terhadap penerima bingkisan". "Yang dimaksud dengan kata kerendahan hati adalah sama halnya dengan asal kata dari membungkus itu sendiri, dimana origata itu melambangkan kerendahan hati. Karena bingkisannya dengan sengaja disembunyikan di balik kertas putih. Teknik membungkus bingkisan ala barat memiliki tujuan yang sama dengan origata, yaitu agar si penerima bingkisan merasa senang dengan bingkisan yang kita berikan. Dan saya pikir terdapat kesan bahwa si pemberi ingin memperlihatkan mewahnya bingkisan yang diberikan, atau ingin menonjolkan karakternya sendiri kepada si pemberi. Sebaliknya, origata berusaha menekan ekspresi yang terlalu menonjol dari si pemberi bingkisan."Dan sebagai bentuk sensitivitas terhadap penerima bingkisan, maka cari melipat dalam origata selalu menempatkan lipatan di sebelah kanan bungkusan atas. Hal ini merupakan wujud pertimbangan atau sensitivitas dimana sebagian besar penerima barang akan membuka bingkisan dengan tangan kanan sehingga bingkisan akan mudah dibuka bungkusnya.

Melipat dan membungkus dengan sepenuh hati

Sambil memikirkan tentang si penerima bingkisan, kita akan membungkus dengan tangan sendiri dengan teliti dan sepenuh hati. Dan si penerima bingkisan, akan membuka bungkusannya yang di saat yang sama ia juga akan membaca perasaan si pemberi bingkisan. Saat ini, tidak banyak orang Jepang yang mengetahui etika origata, tetapi ia yakin kebiasaan pentingnya membungkus masih akan terus ada sampai kapanpun.

"Ketika menerima hadiah atau bingkisan, orang Jepang tidak akan membuka bungkusannya dengan semena-mena tetapi dengan hati-hati. Selotip, pita, dll yang menempel pada bungkusan pun, dilepas secara pelan-pelan agar tidak merobek kertas pembungkusnya. Itulah yang dinamakan bahwa orang tersebut menganggap penting tindakan membungkus, saya kira"

Bapak Yamaguchi ingin mengenalkan budaya membungkus origata yang mengekspresikan sensitivitas pemberi bingkisan kepada penerima bingkisan lewat kerendahan hati yang terkandung dalam origata, tidak hanya ke seluruh Jepang, tetapi ke seluruh dunia. Dan, beliau membuka pula workshop di luar negeri.

Workshop Minami Aoyama di Tokyo. Di ruangan dengan suasana santai tampak ekspresi tertawa di sana-sini, namun ketika mereka mulai menggerakkan tangannya, suasana ruangan mendadak hening. Karena semua peserta berkonsentrasi dalam melipat. Ekspresi wajah mereka saat melipat menampakkan keseriusan mereka dalam mengungkapkan perasaan. Banyak juga di antara peserta yang begitu mulai belajar origata, baru menyadari akan banyaknya kebiasaan tradisional dalam berbagai kesempatan berinteraksi dengan orang lain seperti upacara pernikahan, kelahiran, maupun kegiatan melayani orang lain, dsb. Sehingga, dari kegiatan origata ini, peserta menjadi ingin tahu lebih banyak tentang berbagai hal lainnya.

Salah seorang peserta membuat amplop uang sebagai ucapan selamat origata yang dibuatnya sendiri ke pesta pernikahan temannya. Di sana tampak berjejer amplop dengan desain karakter terkenal. Teman yang menikah tidak tahu sama sekali tentang origata, tetapi peserta tersebut menerima surat berisi ungkapan terima kasih "Saya sangat senang dapat merasakan pesan yang ingin kamu sampaikan dengan amplop buatan tanganmu itu". Inilah sepertinya yang membuat budaya "membungkus" Jepang tidak akan hilang sampai kapanpun.

ページトップへ